Kamis, 29 Maret 2012

Warisan dari Negeri Seberang


Interaksi masyarakat Nusantara, khususnya Jawa, dengan bangsa Cina terjadi sejak awal abad pertama Masehi. Dalam perjalanan sejarah, interaksi yang berlangsung selama berabad-abad menyebabkan sejumlah budaya Cina meresap dalam kebudayaan dan kehidupan sehari-hari orang Jawa. Tak pelak, masyarakat Cina memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan budaya di Jawa. Bahkan, sejumlah identitas budaya yang saat ini dikenal menunjukkan kekhasan satu kelompok masyarakat Jawa, awalnya adalah milik orang Cina.

Mari kita tengok Pulau Madura. Apa yang khas dari sana? Mendengar kata Madura, terlintas di benak kita sosok lelaki berkumis tebal mengenakan celana gombrong berwarna hitam dan baju tanpa krah yang berwarna sama. Pakaian itu sekarang ini menjadi identitas orang Madura. Apakah orang Madura memang sengaja menciptakan pakaian itu? Pakaian itu adalah pakaian orang Kanton. Orang Cina mempekernalkannya ke tanah Jawa.

Masyarakat Nusantara, sebelumnya, tidak memiliki tradisi pakaian yang dijahit. Relief-relief pada kaki candi-candi Hindu-Jawa termasuk pada candi dari zaman Majapahit membuktikan bahwa manusia dari kedua zaman itu hanya mengenal kain lipat (selubung). 

Pakaian pas hasil jahitan muncul di Nusantara pada abad ke-15 sampai 16 seiring dengan arus perdagangan bangsa Cina yang membawa kelengkapan wajib dalam membuat pakaian jahit, yaitu jarum dan benang.
Selanjutnya, tradisi berpakaian tidak bisa dilepaskan dengan tradisi menyetrika. Kata setrika dalam bahasa Indonesia untuk menyebut kegiatan menggosok pakaian dengan lempengan besi panas untuk menghaluskan pakaian berasal dari bahasa Belanda strijken. Namun, apakah tradisi ini pertama kali dibawa oleh bangsa Belanda?

Sejarawan Prancis terkemuka Prof. Dr . Denys Lombard dalam bukunya "Nusa Jawa: Silang Budaya", menelusuri, tradisi menyetrika diperkenalkan ke bumi ini oleh masyarakat Cina. Sebelum kata setrika populer digunakan, orang Melayu menyebutnya utau. Kata ini dapat dilihat pada kamus A Malay-English Dictionary Romanised karangan R. J. Wilkinson. Kata utau berasal dari bahasa Cina yuntou. Menurut Lombard, ini menunjukkan bahwa orang Melayu mengenal tradisi yang tak terpisahkan dari kehidupan kita sekarang ini dari orang Cina.
KH:
Kata UTAU itu berasal dari bahasa Hokkian. Dalam bahasa Hokkian setrika disebut: UT TAO (
熨斗) 

Selanjutnya, di luar urusan pakaian, Indonesia dikenal sebagai negara agraris. Pada zaman Soeharto, Indonesia sukses sebagai negara swasembada beras, bahkan mampu menjual beras ke negara-negara lain. Bila kita pergi ke desa, indah rasanya melihat deretan tanaman padi yang menguning dan berbaris rapi. Memandang hamparan sawah yang subur, nampaknya kita juga pantas mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Cina abad ke 19.

Bangsa Cina memang bukan pemegang monopoli dalam urusan makanan pokok orang Indonesia ini. Namun, mereka memainkan peran penting dalam menggerakkan dan mendorong bangsa Jawa serta memperkenalkan teknik-teknik pertanian. Umumnya, produk pertanian dari daerah Batavia berasal dari negeri Cina. Pada zaman kolonialisme Belanda di abad ke 17, usaha-usaha pertanian banyak dipegang oleh masyarakat Cina. Orang-orang Jawa diangkat menjadi pekerja untuk mengolah tanah. 

Orang-orang Tionghoa di Banten dibawah pimpinan Souw Beng Kong mengajarkan petani-petani setempat untuk menanam padi di sawah-sawah berpetak dengan menggunakan pematang dan membajak serta mengairinya. Sebelumnya, para petani tersebut hanya menanam padi di ladang. Hasilnya jauh lebih sedikit ketimbang menanam padi dengan cara baru ini.

Selain mengajari teknik menanam, Lombard menelusuri, tahun 1750 orang-orang Cina memperkenalkan alat penyosoh padi dengan menggunakan dua tiga ekor sapi. Dengan alat ini, petani dapat mengolah 500 ton padi sehari. Sebelumnya, sistem tradisional, menumbuk dalam lesung, cuma menghasilkan 100 ton padi sehari. 

Lebih jauh, tanaman lain yang pantas disebut berkaitan dengan peran orang Cina adalah tanaman sumber protein yaitu kacang hijau. Kacang hijau dibawa dan dibudidayakan oleh masyarakat Cina petani bersamaan dengan kacang tanah. Sampai sekarang produk olahan kacang hijau masih menggunakan nama Cina: tauge (kecambah), tahu, taoci (yang digunakan sebagai bumbu). Salah satu stereotip makanan khas Indonesia yaitu tahu yang diolah dari kacang kedelai, aha!, bercikal-bakal dari negeri seberang. Orang Cina sepertinya tidak memiliki ikatan lagi ketika kita menyebut makanan tahu. 

KH:
Tahu dan taoco dibuat dari kacang kedelai. 

Bangsa Cina memang dikenal luas dalam hal selera makanannya. Kepopuleran masakan Cina di Indonesia tampaknya hanya diungguli oleh masakan Padang. Dalam banyak hal, sejumlah makanan Cina telah melebur menjadi identitas Indonesia.

Di Jakarta, rasanya tidak ada satu pun gang yang tidak dilewati oleh tukang bakso. Menjajakan bakso menjadi salah satu identitas profesi yang khas bagi masyarakat urban Jakarta. Makanan yang terdiri dari campuran mie dan bulatan daging giling dicampur tepung dan berkuah itu asalnya dari Cina. Semua makanan di Indonesia yang menggunakan bahan pokok mie berasal dari Cina. Namun sekarang, ada bakso yang dikenalkan sebagai bakso khas Wonogiri. 

KH:
Dalam bahasa Indonesia banyak nama makanan yang berasal dari bahasa Hokkian. Sebagian orang bahkan tidak menyadari bahwa banyak makanan2 yang menjadi trade mark suatu daerah di Indonesia ternyata berasal dari bahasa Hokkian.

Indonesia Hokkian [contoh makanan 'lokal']
bakso baq so (
肉酥) [Bakso Tenis]
bakwan baq wan (
肉圓) [Bakwan Malang]
bakmi baq mi (
肉麵) [Bakmi Jawa]
bakcang baq cang (
肉粽)
bakpao baq pao (
肉包) [Bakpao Medan]
bakpia baq pnia (
肉餅) [Bakpia Patok]
tahu tao hu (
豆腐) [Tahu Sumedang]
taoge/toge tao ge (
豆芽) [Toge Goreng Bogor]
tauco tao cnio (
豆醬) [Tauco Cianjur]
mie mi (
麵)
bihun bi hun (
米粉)
kwetiauw kue tiao (
果條) [Kwetiauw Sapi Pontianak]
siomay sio mai(
燒賣) [Siomay Bandung]
moci mua ci (
麻薯) [Moci Sukabumi]
kue kue (
粿)
hunkwe hun kue (
粉粿)
ebi hebi (
蝦米)
teh te (
茶) [Teh botol]
Demikian halnya dengan soto. Makanan yang asalnya juga khas Cina ini telah menjadi bagian dari makanan masyarakat Indonesia. Dengan menyesuaikan olahan bumbu agar pas dengan lidah orang Indonesia, lahirlah kemudian Soto Semarang, Soto Kudus, Soto Madura, Soto Bangkong, dan sebagainya.

Daftar warisan bangsa Cina dalam lapisan kebudayaan Indonesia, khususnya Jawa, masih demikian panjang untuk diuraikan. Mulai dari tanaman, pengolahan tebu, gula, arsitektur, sampai sejumlah ritual keagamaan dan kebiasaan sehari-hari yang menyusup demikian halus.

Sebut saja yang terakhir, kalau kita mengunjungi mesjid-mesjid di negara-negara Timur Tengah, termasuk Arab Saudi, kita tidak aka menemukan bedug yang menandakan azan lima waktu. Demikian pula, kita tidak akan menemukan model pesantren seperti yang terdapat di Jawa.

Pula halnya dengan tradisi bulan puasa Ramadhan dan Idul Fitri. Hanya di Indonesia orang menyalakan petasan selama masa itu. Ketiga hal tersebut jelas sangat dipengaruhi oleh budaya Tiongkok. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar